Minggu, 07 April 2013

Unsur-unsur Pembentuk Drama

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drana berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Unsur Intrinsik dalam drama antara lain:

a. Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul isi karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan cabang sini tergolong sebagai karya fiksi. Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004) menjelaskan, judul pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.

Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, misalnya
· Dapat menunjukan tokoh utama
· Dapat menunjukan alur atau waktu
· Dapat menunjukan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita
· Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita
· Dapat mengandung beberapa pengertian

b. Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra atau drama. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.

Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor.

c. Plot atau Alur
Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan peleraian, dan tahapan akhir. Hanya saja dalam drama plot atau alur itu dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.

Plot atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-akibat). Berdasarkan hubungan tersebut setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut :
Tahapan perkenalan ialah tahap dimana permulaan suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan. Di tahap ini berisi pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran fisik dan penggambaran tempat).
Menuju ketahap pertikaian ialah tahap dimana terjadinya pertentangan antar pelaku (awal mula pertentangan selanjutnya). Konflik dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi dalam diri sang tokoh. b). Konflik Eksternal ialah konflik yang terjadi dari luar diri tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).
Komplikasi/tahap penanjakan konflik, ketegangan dirasakan mulai semakin berkembang dan rumit terjadi pada tahap ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).
Klimaks merupakan ketegangan yang semakin memuncak (perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang pula tidak terbukti pada akhir cerita).
Penyelesaian, tahap akhir cerita pada bagian ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami para tokoh dalam cerita setelah mengalami konflik dalam cerita. Beberapa cerita terkadang menyerahkan penyelasaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak ada penyelesaian atau menggantung.

Plot dapat dibedakan menjadi dua macam jika dilihat dari segi keeratan hubungan antar peristiwa, yaitu:
  • Plot Erat yaitu sebuah cerita yang memiliki plot erat jika hubungan antar peristiwa terjalin dengan rapat, sehingga tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan. 
  • Plot Longgar yaitu jika hubungan antar peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita yang dihilangkan maka penghilangan jalan cerita tersebut tidak akan mengganggu jalan cerita. 
Berdasarkan jalan cerita plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  • Plot Ledakan yaitu plot yang akhir ceritanya mengejutkan dan tak terduga-duga. 
  • Plot Lembut yaitu plot yang akhir ceritanya berakhir tanpa adanya kejutan. 
  • Plot Campuran yaitu plot yang akhir cerita menggabungkan kedua plot sebelumnya (ledakan & lembut). 
Berdasarkan rangkaian peristiwanya plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  • Plot Maju, yaitu rangkaian peristiwa yang diceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita 
  • Plot Mundur/sorot balik/flash back, yaitu peristiwa-perisiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau sang toko 
  • Plot Campuran, yaitu peristiwa-peristiwa pokok diceritakan diawala lalu dilanjutkan dengan menceritakan peristiwa-peristiwa lama/ masa lalu tokoh sebagai sebuah kenangan, dan diakhiri dengan peristiwa-peristiwa pokok(masa kini). 
Plot yang dilihat dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
  • Plot Terbuka, yaitu akhir cerita yang dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita. 
  • Plot Tertutup, yaitu akhir cerita yang tidak dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita. 
  • Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot terbuka dan plot tertutup. 
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.

d. Tokoh cerita dan perwatakan
Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan benda-benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan. Adanya watak yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik.

Secara keseluruhan tokoh terdiri atas sepuluh ragam, yaitu
1. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi: 
  • Tokoh utama atau central character adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. 
  • Tokoh tambahan atau peripheral character adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita. 
2. Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita ada empat macam, yaitu
  • Tokoh Protagonis ialah tokoh yang memiliki watak tertentu dalam segi kebenaran (baik hati, jujur, setia, dll) Tokoh Antagonis ialah tokoh yang memiliki watak bertentangan dengan tokoh protagonis. 
  • Tokoh Tritagonis ialah tokoh yang selalu menjadi penengah, dan sering dimunculkan sebagai tokoh/orang ketiga. 
  • Tokoh Pembantu/peran pembantu/figuran ialah tokoh yang membantu cerita tokoh utama, posisinya bisa sebagai seorang pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama. 
3. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
  • Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja, bersifat datar dan monoton. 
  • Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. 
4. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita, tokoh dibedakan menjadi:
  • Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd & Lewis, dalam buku Teori Pengkajian Fiksi 1994: 188). 
  • Tokoh berkembang adalah tokoh yang cenderung akan menjadi tokoh yang kompleks. Hal itu disebabkan adanya berbagai perubahan dan perkembangan sikap, watak dan tingkah lakunya itu dimungkinkan sekali dapat terungkapkannya berbagi sisi kejiwaannya. 
5. Bedasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dalam kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
  • Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih ditonjolkan kualitas kebangsaannya atau pekerjaannya Altenbernd & Lewis (dalam Nurgiantoro 2002: 190) atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili. 
  • Tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi dalam cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. 
Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :
  1. Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. 
  2. Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan 
  3. Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema) 
Penokohan/Perwatakan
Yang dimaksud dengan penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu cerita karya sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:

Campuran ialah penggambaran watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan dramatik dengan tujuan untuk saling melengkapi.
Analitik cara ini dilakukan pengarang untuk menggambarkan watak tokoh secara langsung. Contok: Siapa yang tidak mengenal Didi yang pintar dan selalu ceria. Meskipun secara fisik terlihat pendek namun sosoknya yang ramah dan baik hati kepada teman-temannya membuat dirinya menjadi panutan.
Dramatik ialah cara pengarang untuk menggambarkan tokoh utama secara tersurat, dengan kata lain tidak langsung. Penokohan cara ini bisa melalui penggambaran temtat tinggal, percakapan/dialog antar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu dan jalan pikiran tokoh.

Dibawah ini contoh paragraf yang menggambarkan tokoh dengan cara dramatik:

Penggambaran Tokoh Melalui Jalan Pikiran Tokoh.
Contoh :
Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahku dalam Bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa aku anak Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda.


Penggambaran Tokoh Melalui Tingkah Laku/Perilaku Tokoh.
Contoh :
Di siang yang terik itu dia berjalan sendiri. Dengan gontai ia gendong tas itu. Sesekali terlihat bahwa ia menegur dan bahkan bertanya kepada orang yang dilaluinya. Setiap selesai ia bertanya, ia selalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.


Penggambaran Tokoh Melalui Dialog Antar Tokoh.
Contoh :
“Kupukul kau kalau tidak mau mengaku. Dengan cara apa lagi aku mendapatkan pengakuanmu.” …………….

e. Teknik Dialog
Teknik dialog sangat penting di dalam drama. Dialog merupakan ciri khas suatu karya drama. Adanya teknik dialog secara visual membedakan karya drama dengan yang lain, yaitu puisi dan prosa. Dialog ada juga di dalam puisi dan prosa, tetapi tidak semutlak di dalam drama. Dialog di dalam drama tidak boleh diabaikan karena pada dasarnya drama merupakan dialog para tokoh cerita. Dialog adalah percakapan tokoh cerita. Dalam struktur lakon, dialog dapat ditinjau dari segi estetis dan segi teknis. Dari segi estetis, dialog merupakan faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur keindahan lakon. Dari segi teknis, dialog biasanya diberi catatan pengucapan yang ditulis dalam tanda kurung. Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita.

Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapakan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.


f. Konflik
Konflik adalah pertentangan. Tokoh cerita dapat mengalami konflik, baik konflik dengan diri sendiri, dengan orang / pihak lain, maupun dengan lingkungan alam. Seperti halnya biasa, tokoh cerita dalam drama juga mengalami konflik. Konflik dapat membentuk rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan kausalitet. Konflik di dalam karya drama dapat menimbulkan atau menambah nilai estetik. Tanpa konflik antar tokoh cerita, suatu karya drama terasa monoton, akibatnya pembaca atau penonton drama menjadi bosan.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa konflik dibagi menjadi dua bagian, yaitu konflik eksternal dan internal. Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa konflik ada tiga macam, yaitu konflik mental (batin), konflik sosial, dan konflik fisik. Konflik mental (batin) adalah konflik atau pertentangan antara seseorang dengan batin atau wataknya. Konflik sosial adalah konflik antara seseorang dengan masyarakatnya, atau dengan orang / pihak lain. Konflik fisik adalah konflik antara seseorang dengan kekuatan diluar dirinya, misalnya dengan alam yang ganas, cuaca buruk, lingkungan yang kumuh, pergaulan yang salah. Konflik merupakan kunci untuk menemukan alur cerita. Dengan adanya konflik, maka cerita dapat berlangsung. Konflik berkaitan dengan unsure intriksik yang lain, seperti tokoh, tema latar, dan tipe drama. Konflik dapat menggambarkan adanya tipe drama.

g. Latar
Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar membuat latar yang tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).

Fungsi latar yaitu:
1. menggambarkan situasi
2. proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3. menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4. menciptakan suasana

Unsur-unsur latar yaitu:
· letak geografis
· kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
· waktu terjadinya peristiwa
· lingkungan tokoh cerita

Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
· tempat terjadinya peristiwa
· lingkungan kehidupan
· sistem kehidupan
· alat-alat atau benda-benda
· waktu terjadinya peristiwa

h. Amanat
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.

Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.

Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.

i. Bahasa
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 68), bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi.

Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style).

Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan kesehatian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budyaa, dan pendidikan.

Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.


2. Unsur Ekstrinsik
Menurut Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik pada karya sastra merupakan wujud murni pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Adapun unsur ekstrinsik dalam drama terdiri atas empat bagian, yaitu:
  • Nilai Sosial-budaya; Nilai sosial-budaya adalah nilai yang berkaitan dengan norma yang ada di dalam masyarakat. Nilai sosial-budaya ini berhubungan dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-nilainya pun berkembang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi pada manusia. 
  • Nilai Moral; Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti/susila atau baik buruk tingkah laku. 
  • Nilai Agama/religius; Nilai agama/religius adalah nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama. 
  • Nilai Ekonomi; Nilai ekonomi adalah nilai yang berkaitan dengan perekonomian 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

TERIMA KASIH

Posting Komentar

 
;