Kamis, 11 April 2013

Batik Cirebon


Batik yang menjadi salah satu karya seni nusantara seharusnya menjadi kebanggaan bagi rakyat Indonesia. Kesadaran akan menggunakan batik sebagai salah satu upaya pelestarian akhir-akhir ini mulai digalakan Pegawai swasta dan Pemerintah tidak malu-malu lagi menggunakan batik, apalagi pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, Badan PBB untuk kebudayaan UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Batik merupakan bagian dari kekayaan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Yang pada awalnya dikerjakan manual menggunakan tangan secara perorangan, hingga berkembang menggunakan cetakan yang dikerjakan bersama-sama sampai akhirnya tidak tau siapa penciptanya.

   
Nah sebagai generasi muda tidak ada salahnya kita juga tau jenis batik, ini juga termasuk salah satu cara melestarikan kebudayaan ( jadi ga asal pake aja.... kalo ada bule nanya bisa jawab dan nerangin, kan memalukan sekali yang punya kampung ga tau seluk beluk budaya kampunngnya sendiri,,, hehehe)

Saking banyak macam batik mulai dari asal daerah dan coraknya, saya tidak mungkin bisa bahas semua maka kali ini memfokuskan pada Batik Cirebon dulu (asal kampung saya ^_^ )

Sejarah Batik Cirebon


Konon, keterampilan membatik masyarakat Cirebon bermula dari tangan dingin Ki Gede Trusmi. Selain menyebarkan agama Islam, anak buah Sunan Gunung Jati ini juga mengajarkan keterampilan membatik. Sementara itu pengaruh budaya Cina pada motif-motifnya bermula dari pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ong Tien. Wanita dari Cina tersebut membawa pernak-pernik berbau Cina yang menginspirasi pembatik untuk menuangkannya dalam motif-motif batik.

Ada dua jenis batik Cirebon, yaitu batik Keraton atau klasik, yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan keraton Kanoman dan Kesepuhan. Serta batik Cirebon Pesisiran. Karakter orang-orang pelabuhan yang bersikap terbuka terhadap pengaruh asing turut mempengaruhi motif dan warna pada batik Cirebon Pesisiran.

Ciri Batik klasik Cirebon yaitu warna dasar kain lebih muda daripada warna garis pada motif utamanya. Batik klasik Cirebon umumnya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam, dan berwarna dasar krem. Atau bisa juga berwarna biru tua, merah tua, dengan warna dasar kain putih gading atau krem.

Sementara itu, ada jenis batik Cirebon Pesisiran yang memakai warna-warna yang lebih berani, terang, dan mencolok. Latar kain biasanya bersih dari noda warna yang tidak dikehendaki pada saat proses pewarnaan.


Motif batik Cirebon pada dasarnya dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Jenis Wadasan
2. Jenis Geometris
3. Jenis Pangkaan
4. Jenis Byur
5. Jenis Semarangan

1. Kelompok Jenis Wadasan,

Motif hias wadasan adalah istilah Cirebon untuk menyebut motif karang. Adapun istilah untuk menyebut motif karang adalah gunungan. Motif gunungan memiliki makna suci yang mengarah pada gambaran kehidupan di alam baka, sebuah kehiduppan yang kekal abadi. Motif gunungan merupakan motif Indonesia asli yang keberadaannya terus bertahan walaupun penetrasi Hindu dan Islam di Indonesia berifat intensif. Pada saat berlangsungnya pengaruh hindu, motif gunungan digambarkan sebagai gunung Meru tempat bersemayamnya para dewa. Motif wadasan pada kepurbakalaan Islam di Cirebon berfungsi simbolik dan dekoratif. Fungsi simbolik motif ditunjukkan oleh letak motif tersebut pada bagian utama benda-benda sakral. Pada benda kelompok ideoteknik misalnya motif tersebut berada pada makam-makam keluarga sultan yang bagian utamanya berupa nisan. Pada benda kelompok sosioteknik motif hias wadasan terdapat pada kereta-kereta kerajaan yang bagian utamanya adalah badan kereta, pada kain batik milik kerajaan bagian utamanya adalah motif batik itu sendiri. Adapun pada benda kelompok teknomik motif hias wadasan ini terdapat pada tamansari milik keluarga kerajaan yang bagian utamanya berupa bukit-bukit buatan. Dengan demikian motif hias wadasan sebalum abad 18 M adapat dikatakan berfungsi sebagai simbol status kebangsawanan.

Jenis Wadasan ini ditandai dengan adanya beberapa ornamen dan benda-benda yang bersumber dari kraton Cirebon, termasuk ornamen Wadasan itu sendiri. Kelompok jenis ini biasanya disebut batik Keraton. Adapun nama-nama motif yang termasuk jenis Kratonan, diantaranya:
Singa payung, Mega mendung, Naga Saba, Taman Arum, dll.
a. Singa Payung
Nama-nama motif tersebut adalah: Wit, gunungan, gerbang keraton, rucukbung, wadasan, daun pandan, pohon beringin, singa, paksinagaliman, payung sultan, bata tumpuk.


  • Pertama yaitu Wit. Wit adalah motif garis halus dan tipis yang merupakan ciri khas pada Batik Cirebonan. Wit memiliki arti kesabaran para perajin batik dalam proses pembuatan batik.
  • Kedua yaitu gunungan yang memiliki arti perjalanan atau kisah para raja dari awal sampai akhir hayatnya.
  • Ketiga yaitu gerbang keraton yang memiliki arti keterbukaannya keraton bagi masyarakat.
  • Keempat yaitu rucukbung. rucukbung adalah pucuk bambu yang merupakan motif penghias pinggiran yang terdapat pada batik Singa Payung.
  • Kelima yaitu wadasan. Wadasan adalah batu cadas yang memiliki arti kekokohan keraton sebagai pusat kerajaan yang kekuatannya diibaratkan seperti batu cadas.
  • Keenam yaitu daun pandan. Memiliki arti keharuman nama keraton atau kerajaan di mata masyarakat.
  • Ketujuh yaitu pohon beringin yang memiliki arti bahwa keraton merupakan tempat berlindungnya masyarakat dari ancaman atau bahaya.
  • Kedelapan yaitu singa yang memiliki arti raja sebagai pemimpin dan memiliki kekuasaan.
  • Kesembilan yaitu paksinagaliman. Paksinagaliman merupakan kereta kebesaran keraton. Paksinagaliman ini memiliki arti gabungan tiga budaya yaitu, budaya islam yang dilambangkan oleh paksi (burung), budaya budha yang dilambangkan olehnaga (ular), dan budaya hindu yang dilambangkan oleh liman (gajah). Ketiga budaya tersebut pada zaman dahulunya mempunyai andil dalam terbentuknya Cirebon.
  • Kesepuluh yaitu payung sultan yang memiliki arti bahwa keraton atau kerajaan merupakan pengayom bagi masyarakatnya.
  • Dan terakhir yaitu bata tumpuk yang merupakan ciri khas bangunan di daerah Cirebon. Biasanya bata tumpuk ini sering dijumpai pada gapura atau gerbang-gerbang pusat pemerintahan kabupaten Cirebon dan di keraton-keraton yang terdapat di daerah Cirebon.

b. Mega Mendung



Motif megamendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.

Dalam perkembangannya, motif megamendung mengalami banyak perkembangan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung dikombinasi dengan motif hewan, bunga atau motif lain. Sesungguhnya penggabungan motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik tradisional sejak dulu, namun perkembangannya menjadi sangat pesat dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif, warna motif megamendung yang awalnya biru dan merah, sekarang berkembang menjadi berbagai macam warna. Ada motif megamendung yang berwarna kuning, hijau, coklat dan lain-lain.

c. naga saba



d. taman arum



2. Jenis Geometris, jenis motif ini ditandai dengan proses pendisainannya selalu menggunakan alat bantu penggaris. Sebelum dibatik, kain harus diberi garis-garis terlebih dahulu. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Motif Tambal Sewu, Liris, Kawung, Lengko-lengko, dll.


Liris


Kawung


tambal sewu

lengko-lengko

3. Jenis Pangkaan(Buqet), batik dengan motif pangkaan yaitu menampilkan pelukisan pohon atau rangkaian bunga-bungaan yang lengkap dengan ujung pangkalnya dan sering sekali dilengkapi burung atau kupu-kupu. Nama-nama motif ini diantaranya adalah

 Batik Cirebon Motif Pring Sedapur PrintingPring Sedapur , Kelapa Setundun, Soko Cina,


Kembang Terompet.

4. Jenis Byur, motif ini ditandai dengan penuhnya ornamen bunga-bungaan dan daun-daunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok, sebagian contoh motif ini adalah : Karang Jahe, Mawar Sepasang, Dara Tarung, Banyak Angrum, dll.

5. Jenis Semarangan, motif ini menampilkan penataan secara ceplok-ceplok dengan ornamen yang sama atau motif ulang yang ditata agak renggang. Sebagian contoh motif ini adalah: motif Piring Selampad dan Motif kembang Kantil.

Kembang Kantil, Nama Kembang Kanthil mengandung arti : Kembang = bunga ; Kanthil = ikut, nempel, lengket. biasanya digunakan untuk acara pernikahan dibarewejngi dengan wejangannya: “Tal dongaké supoyo jejodhohanmu tetep langgeng lan pasanganmu tetep kanthil”. (Saya doakan agar pernikahanmu tetap langgeng dan pasanganmu tetap setia).

dr berbagai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;